Si Otto Toto Sugiri: Kisah Orang Terkaya di Indonesia yang Mengubah Dunia Teknologi

Otto Toto Sugiri

Siapa yang tidak mengenal Otto Toto Sugiri? Dia adalah sosok yang sangat terkenal dalam dunia teknologi kita. Dengan julukan ‘Bill Gates Indonesia’, dia telah menciptakan pusat data pertama yang mengembangkan ekonomi digital Indonesia.

Menurut laporan terbaru dari Forbes pada Kamis (6/7/2023), Otto Toto Sugiri menduduki peringkat ke-23 orang terkaya di Indonesia dan peringkat ke-1.622 di dunia. Kekayaannya tercatat sebanyak US$ 1,9 miliar, atau sekitar Rp 28,5 triliun (dengan kurs Rp 15.000).

Perjalanan hidup Otto Toto Sugiri dimulai setelah ia menyelesaikan kuliahnya di RWTH Aachen University, Jerman pada tahun 1980. Gelar Sarjana Teknik Elektro dan Master Teknik Komputer berhasil ia raih.

Setelah lulus, Otto Toto Sugiri harus kembali ke Indonesia untuk merawat ibunya yang saat itu sedang sakit dan akhirnya meninggal dunia. Pada saat itu, ia juga menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan karena jarang perusahaan yang membutuhkan seorang programmer.

Bacaan Lainnya

“Memang sulit pada tahun 1981-1982. Sulit mencari pekerjaan sebagai programmer di perusahaan yang memiliki komputer, hampir tidak ada yang membutuhkan,” katanya.

Namun demikian, Otto Toto Sugiri akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan di Indonesia. Ia juga bekerja sama dengan teman kuliahnya di Jerman untuk membuat sebuah perangkat lunak yang memudahkan para nelayan dalam membeli barang dengan kredit.

Selama karirnya, Otto Toto Sugiri mengaku tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang pengusaha. Setelah bekerja dengan orang lain, ia sempat bekerja untuk salah satu perusahaan keluarganya di Bank Bali, untuk mengembangkan sistem IT bank mulai dari sisi belakang hingga akuntansi.

“Hingga tahun 83, saya diminta untuk membantu perusahaan keluarga. Saat itu, pamanku memiliki Bank Bali, jadi saya diberikan janji bahwa akan diberikan komputer besar. Akhirnya, saya bergabung,” jelasnya.

Setelah enam tahun bekerja di Bank Bali, Otto Toto Sugiri memutuskan untuk keluar dan mendirikan perusahaan sendiri, yaitu Sigma Cipta Caraka, pada tahun 1989. Ia tidak melakukannya sendirian, teman-temannya juga terlibat dalam perusahaan tersebut.

Berdirinya Sigma Cipta Caraka tepat pada saat pemerintah memberikan kesempatan bagi pertumbuhan industri perbankan secara bebas. Akibatnya, jumlah bank di Indonesia meningkat dari 111 pada tahun 1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994.

Otto Toto Sugiri tidak melewatkan peluang ini, dan ia fokus mencari bank-bank baru yang membutuhkan dukungan teknologi informasi. Dalam waktu satu tahun, Sigma Cipta Caraka berhasil mencetak keuntungan sebesar US$ 1,2 juta.

Sementara ia sibuk mengembangkan bisnis Sigma Cipta Caraka, Otto Toto Sugiri juga mendirikan Indointernet pada tahun 1994. Perusahaan ini menyediakan layanan internet yang memudahkan semua orang dalam mencari informasi dari seluruh dunia, mirip dengan Google.

Selain itu, Otto Toto Sugiri juga mendirikan BaliCamp sebagai anak perusahaan dari Sigma Cipta Caraka. Sayangnya, perjalanan bisnis BaliCamp tidak semulus yang diharapkan. Akhirnya, BaliCamp harus ditutup karena tragedi Bom Bali pada tahun 2002.

Namun, beruntungnya, Otto Toto Sugiri berhasil menjaga Sigma Cipta Caraka sebagai perusahaan utamanya. Bahkan, ia berhasil menjalankannya tanpa utang di tengah krisis keuangan Asia. Pada tahun 2008, ia memutuskan untuk menjual 80% sahamnya kepada Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dengan nilai US$ 35 juta.

Dua tahun kemudian, ia akhirnya menjual semua saham Sigma Cipta Caraka dan mempertimbangkan untuk pensiun. Namun, pada tahun 2011, ia melihat peluang baru ketika pemerintah membuka kesempatan untuk mengembangkan pusat data di Indonesia.

Maka, lahirlah DCI Indonesia. Otto Toto Sugiri melakukan semua persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan klien terbaik. DCI berhasil mendapatkan sertifikasi Tier IV, yang merupakan sertifikasi paling bergengsi di industri pusat data global pada tahun 2014.

Selain itu, Otto Toto Sugiri juga memastikan perusahaannya memenuhi semua persyaratan sebagai pusat data, seperti jaminan ketersediaan online sebesar 99,995% dan cadangan daya listrik penuh untuk menghindari pemadaman. Hingga saat ini, DCI menjadi salah satu perusahaan penyedia pusat data terkemuka di Indonesia.

DCI telah memiliki lebih dari 40 klien dari perusahaan telekomunikasi dan lebih dari 120 penyedia layanan keuangan di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat. Bahkan, perusahaan ini telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Januari 2021.

Jadi, itulah kisah inspiratif Otto Toto Sugiri, seorang pionir di dunia teknologi Indonesia yang berhasil mengubah lanskap industri pusat data dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *