Fast X berusaha memenuhi keluhan penggemar dengan menghadirkan adegan laga yang lebih realistis. Namun, film ini masih mengalami kesulitan dalam menahan diri sehingga terdapat banyak bagian yang terlalu berlebihan dan melampaui batas yang wajar.
Saya telah berusaha mengatur harapan dan mengesampingkan logika sebelum cerita dimulai. Saya masih ingat dengan jelas momen-momen “ajaib” dari seri sebelumnya.
Misalnya, adegan Dom dan Brian menyeberangi menara pencakar langit dengan mobil di Furious 7 (2015), atau Tej dan Roman yang mengendarai mobil sampai ke luar angkasa di F9 (2021).
Keputusan untuk tidak mempermasalahkan logika itu bisa diterima. Saya harus mengakui bahwa Fast X menyajikan hiburan yang penuh dengan adegan laga yang spektakuler.
Louis Leterrier, yang menggantikan Justin Lin sebagai sutradara, berhasil menginterpretasikan naskah dengan baik. Dia tidak ragu-ragu dalam menyajikan adegan laga yang penuh dengan tembakan, kejar-kejaran mobil, dan penggunaan perangkat canggih.
Saya terpukau oleh adegan laga yang menghibur tersebut, tetapi kemudian saya menyadari bahwa cerita film ini jauh dari kata baik.
Leterrier gagal memenuhi harapan dalam hal cerita. Dia, seperti saya dan penonton lainnya, lebih fokus pada adegan laga yang bombastis daripada plot cerita yang seharusnya lebih diperhatikan.
Beberapa bagian cerita tampak mengabaikan logika dan tidak menjaga alur cerita dengan baik. Akibatnya, saya tidak dapat merasakan motivasi yang kuat di balik tindakan atau keputusan karakter-karakter tersebut.
Dampak lain dari kualitas cerita yang buruk adalah beberapa adegan yang terlalu berlebihan dan tidak masuk akal. Meskipun tidak seburuk film sebelumnya, tetapi adegan tersebut tetap mengganggu.
Salah satu adegan yang masih teringat adalah ketika Dom mengajarkan cara drifting kepada anaknya, Brian Marcos, yang terlihat belum genap 10 tahun. Atau ketika Dom berhasil menghancurkan dua helikopter dengan mobil Camaro yang digunakan.
Untungnya, Fast X diperankan oleh para pemeran elit yang berhasil menyelamatkan cerita. Chemistry antara karakter-karakter utama tidak perlu diragukan lagi karena mereka sudah berada bersama selama bertahun-tahun.
Hubungan antara Dom dan Letty terasa semakin matang, terutama sejak mereka membesarkan Brian Marcos. Dom Toretto yang tangguh juga sering menunjukkan sisi kelemahannya melalui adegan ayah-anak bersama Brian alias Little B.
Interaksi antara karakter-karakter lain seperti Roman dan Tej yang lucu, serta kehadiran Han dan Ramsey semakin menambah dinamika “keluarga” ini.
Namun, daya tarik terbesar justru datang dari Jason Momoa yang memerankan Dante Reyes, musuh baru Dom. Karakter Dante Reyes yang eksentrik dan gila sangat cocok diperankan oleh Jason.
Dia hampir tidak memiliki kekurangan dan berhasil mencuri perhatian ketika berperan sebagai Dante. Film ini benar-benar hidup setiap kali Dante muncul dengan rencana gila karena obsesinya terhadap Dom.
Menurut saya, Dante Reyes pantas dianggap sebagai salah satu penjahat paling menarik dalam saga Fast & Furious dan berhasil menyelamatkan Fast X dari kebosanan.
Dia muncul dengan satu tujuan: menciptakan kekacauan dengan cara paling gila yang bisa dilakukan. Tentu saja, cara ini berhasil menghibur saya dan sebagian besar penonton.
Apresiasi juga perlu diberikan kepada Jakob Toretto. John Cena membawa suasana yang segar saat muncul sebagai “pengasuh” Little B. Sayangnya, Dante dan Jakob tidak memiliki cukup waktu bersama di layar.
Saya juga merasa bahwa Leterrier sedang membangun plot besar untuk mengakhiri saga ini. Dia melakukan segala cara untuk itu, termasuk menyatukan hampir semua karakter penting untuk melawan Dante.
Terdapat perasaan yang agak aneh ketika melihat penjahat-penjahat tersebut akhirnya bersatu dengan Dom. Prosesnya terasa terlalu cepat, seolah-olah mengabaikan ikatan emosional yang telah dibangun dalam cerita sebelumnya.
Akhirnya, narasi tersebut hanya dapat dipertahankan dengan alasan nostalgia semata. Fast X seakan tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyatukan karakter-karakter ikonik dari saga ini dalam satu layar.
Menyatukan para aktor elit yang pernah muncul dalam saga Fast & Furious ini, bagi saya, merupakan langkah yang dimanfaatkan oleh produser. Fast X memberikan isyarat bahwa film-film penutup saga yang akan datang akan lebih megah dan ambisius.
Hal ini juga terlihat dengan kedatangan dua karakter ikonik di akhir cerita dan adegan pascakredit, yang sekali lagi menimbulkan kebingungan karena sulit dipahami secara logis.
Namun, apa artinya cerita dan logika jika waralaba ini tetap populer di pasaran berkat adegan laga yang menghibur. Film-film sebelumnya juga sukses besar di box office meskipun penuh dengan adegan yang tidak masuk akal.
Saya yakin saga ini akan tetap dinantikan hingga akhirnya berakhir, setidaknya bagi para penggemar yang telah mengikuti perjalanan Dom selama ini.
Dengan isyarat yang diberikan oleh Fast X, Louis Leterrier mungkin sedang mempersiapkan akhir cerita Fast & Furious Saga yang sama ambisiusnya dengan Avengers: Endgame dari Marvel Studios.