Pertempuran kembali pecah di Gaza, Palestina, Selasa waktu setempat. Tentara Israel dilaporkan membombardir wilayah itu dengan serangan udara dan menargetkan beberapa lokasi, termasuk salah satu milik gerakan Islam Hamas yang menguasai wilayah itu.
Menurut AFP, baku tembak juga terjadi antara pasukan Israel dan gerilyawan Gaza. Kekerasan terbaru ini pecah akibat kematian seorang tahanan Palestina dalam penjara Israel. Khader Adnan (45), tahanan Palestina tersebut, meninggal setelah hampir tiga bulan ditahan di Tepi Barat. PM Palestina Mohammad Shtayyeh menggambarkan kematiannya sebagai “pembunuhan yang disengaja”.
Pembunuhan ini memicu kemarahan di Palestina dan di seluruh dunia. Akibatnya, militan Gaza menembakkan tiga roket sebagai tanggapan atas kematian Adnan. Israel melaporkan tiga orang terluka akibat kejadian tersebut. Panglima militer Israel, Menteri Pertahanan Yoav Gallant memperingatkan siapa pun yang mencoba menyakiti warga Israel akan menyesal.
Kematian Adnan menjadi sorotan di seluruh dunia, karena ia dilaporkan tewas setelah Israel menolak permintaan pembebasannya dan mengabaikan kondisi medisnya yang disebut memiliki masalah kesehatan serius. Menurut kelompok advokasi Tahanan Palestina, Adnan sebelumnya melakukan mogok makan sebagai akibat dari upaya Israel memberi makan tahanan Palestina secara paksa yang berujung pada kematian.
Tahanan Palestina lainnya juga telah meninggal akibat upaya untuk memberi mereka makan secara paksa, seperti yang diungkapkan oleh direktur kelompok Hak Asasi Tahanan Palestina, Qaddura Faris. Kelompok Hak Asasi Israel, BTselem, menggambarkan aksi mogok makan Adnan sebagai “bentuk protes tanpa kekerasan terhadap penangkapannya dan ketidakadilan pendudukan”.
Dalam konflik antara Israel dan Palestina, Tepi Barat yang diduduki Israel telah menjadi pusat kekerasan selama bertahun-tahun. Israel secara teratur menahan warga Palestina, yang tunduk pada pengadilan militer Israel. Adnan sendiri dilaporkan sebagai salah satu operator kelompok pejuang Palestina Jihad Islam dan meninggal saat 10 kalinya dipenjara Israel.
Seiring dengan peristiwa ini, masyarakat internasional harus memperhatikan bahwa perang dan kekerasan yang terjadi di Gaza tidak hanya mengancam keselamatan warga Palestina, tetapi juga menimbulkan dampak yang serius bagi seluruh dunia. Dunia harus berbicara dengan tegas tentang tindakan Israel dan meminta mereka untuk menghentikan kekerasan dan memenuhi hak-hak asasi manusia warga Palestina. Kita semua harus bersatu dan berjuang bersama-sama untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Palestina dan di seluruh dunia.
Meski para pihak terus saling tuding, kekerasan di wilayah Palestina semakin memanas. Serangan udara yang dilakukan oleh Israel di Gaza pada Selasa waktu setempat, menambah daftar panjang kekerasan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Dalam serangan itu, tentara Israel dikabarkan telah menghantam wilayah Gaza dengan ‘tembakan tank’. Beberapa lokasi termasuk lokasi gerakan Islam Hamas, menjadi sasaran dari serangan tersebut.
Tak hanya itu, baku tembak juga terjadi antara pasukan Israel dan gerilyawan Gaza. Kekerasan terbaru ini dipicu oleh kematian seorang tahanan Palestina di dalam penjara Israel. Menurut laporan AFP, tahanan Palestina tersebut meninggal setelah hampir tiga bulan ditahan di Tepi Barat.
Kematian tahanan Palestina tersebut memicu kemarahan di kalangan warga Palestina. Pasca pemberitaan kematiannya, tiga roket ditembakkan oleh militan Gaza sebagai tanggapan awal atas kematian tersebut. Sementara itu, Israel melaporkan tiga orang terluka akibat kejadian itu.
Kelompok advokasi Tahanan Palestina menggambarkan tahanan Palestina yang meninggal tersebut sebagai korban dari upaya Israel untuk memberi makan secara paksa. Banyak tahanan Palestina lainnya juga meninggal sebagai akibat dari upaya yang sama.
Sementara itu, faksi-faksi militer di Gaza mengecam tindakan Israel dan berjanji untuk membalasnya. Panglima militer Israel, Menteri Pertahanan Yoav Gallant memperingatkan siapa pun yang mencoba menyakiti warga Israel akan menyesal.
Di tengah-tengah situasi yang semakin memanas, upaya-upaya perdamaian dan diplomasi masih terus dilakukan oleh berbagai pihak. Namun, hingga saat ini belum ada titik terang yang jelas untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini.
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Enam Hari pada tahun 1967. Meskipun terjadi berbagai upaya untuk mencari solusi damai, namun konflik tersebut tetap berlanjut hingga saat ini.